Kamis, 28 Maret 2013

SUKU BONAI


Asal usul suku Bonai sendiri tidak diketahui secara pasti, karena yang tertinggal hanya beberapa cerita rakyat di kalangan mereka sendiri.
Konon pada masa lalu ada dua orang Sultan bernama Sutan Harimau dan Jangguik yang berasal dari Tapanuli Selatan dikarenakan pemanggilan Sultan diubah menjadi Sutan, Pada saat Sutan Harimau menjumpai kampung-kampung yang enam tersebut dihantarkanlah satu orang setiap kampung yang sudah dihuni sebelumnya oleh orang Sakai. Kampung enam tersebut adalah 1. Bonai atau disebut juga Kampung Nogori, 2. Sontang, 3. Torusan Puyuh, 4. Titian Gadiang, 5. Toluk Sono (Kasang Mungkai), 6. Sungai Murai (Muaro Dilam) (sekarang termasuk ke dalam kecamatan Bonai Darussalam).

Lalu ke 6 kampung ini pun berkembang setelah kehadiran Sutan Harimau. Keturunan kampung nonom tersebut ada yang merantau hingga ke kalimantan dan diperkirakan ke Brunai Darussalam sekarang, menurut cerita turun temurun nama Brunai darussalam berasal dari Bonai Darussalam berdasarkan daerah asal orang Bonai.

Suku Bonai yang dibawa oleh Sultan Harimau dan Janggui tadinya diperkirakan telah beragama Islam, namun dari beberapa penutur diperkuat dari cerita yang disampaikan T. Khairulzaman, nenek moyang mereka ini adalah dari suku Sakai-Bonai yang menempati daerah sekitar pedalaman Tanjung Pauh, dan antara Toluk Sono dan Sontang, mereka ini tidak mau memeluk Islam. Pertama mereka masuk melalui daerah Deo Limbuk, sebelumnya mereka memasuki daerah ini sesuai cerita asal usul nama Ulak Patian. Daerah Deo Limbuk terletak 3 km dari Ulak Patian sekarang, merupakan daerah dataran tinggi namun bisa terendam banjir pada saat air dalam.

Dari mana mereka ini ?
Berawal dari Dua orang Sultan yang membawa enam orang dari aceh, Menghului Sungai Rokan, setiba di Kualo Sako, dilakukan pembagian harta, namun tersisa satu meriam, untuk keadilan di jatuhkan ke kualo, itulah yang menjadi buayo putieh penunggu kualo sako, yang diyakini oleh masyarakat poikan (pencari ikan)
Saat kedua kelompok ini melihat ada tungkul jangung hanyut dari Rokan Kiri, maka mereka memberikan tamsil, bahwa sungai yang kiri ini ada penghuninya, sudah barang tentu banyak masyarakatnya dan banyak ragamnya, untuk itu dikirimlah Sulatan Harimau yang lebih memiliki kekuatan atau ilmi kebatinan, (Sulatan Harimau dan Sultan Jangguik pemeluk Islam utusan Sultan Mansursyah I dari Melaka dengan tujuan mengembangkan Islam, Sejarah Kuntodarussalam, 25, Muchtar Lutfi, eds, 1977:169),

Urang Bonai (orang Bonai) di Ulak Patian
Asal-Usul suku Bonai di Ulak Patian berasal dari kampong nonom di Rokan Kiri kecamatan Bonai Darussalam. Masyarakat suku Bonai di sana mengatakan, bahwa mereka berasal dari Bonai Onom Batin dari kampung Titian Gadiang, sei. Murai dan Rao-rao (kampung letaknya kualo sako) datang secara berkelompok sekitar tahun 1935 dengan mendaulatkan seorang Bogodang bernama Mudo Kacak, mereka ini adalah suku Bonai yang belum beragama Islam.

Suku Bonai berada dalam budaya dan tradisi Islam suku Melayu, yang akhirnya membawa mereka memeluk agama Islam. Sehingga saat ini hampir secara mayoritas masyarakat suku Bonai telah memeluk agama Islam. Walaupun begitu beberapa tradisi adat lama mereka, masih tetap dipertahankan.
Beberapa tradisi dan budaya suku Bonai, adalah :
·Tari Buong Kwayang, tari pengobatan tradisional yang dikemas dalam tari tradisional, tari ini telah menyerap syair bernuansa Islam (syair pembuka;salamualaikum sibolah kanan, salamualaikum sibolah kiri)
·Cegak, (awang-awang, selesai, baju), semacam tarian dalam acara perhelatan perkawinan dan hari besar lainnya, di mana beberapa orang membaluti tubuhnya dengan latah (sampah daun) daun pisang kering, lalu menari-nari yang diiringi oleh musik Gondang Borogong.
·Tahan Kuli, sejenis acara adat (mirip debus) yaitu melukai diri tanpa bekas
·Lukah Gilo, lukah yang menggila yang dipegang oleh beberapa orang.
·Tahan Kulik, adalah penyaluran kebatinan bodeo dalam tradisi Islam (Silek Bangkik, Silek 21 hari dan Jonkobet).
·Koba,

Makanan khas Urang Bonai Ulak Patian, adalah:
·Anyang Kalu, ikan kalu yang di iris-iris tubuhnya dan dicelupkan sesaat dalam air yang mendidih, lalu di peraskan kulit kayu bintungan yang sudah ditokok (rasanya kolek), lalu digiling spodeh, cabe, dan disiram dengan asam limau, boleh dioleskan ke ikan dan boleh tidak.
Makanan ini adalah khas Ulak Patian, dahulu dijadikan hidangan penyambut tamu terhormat.

Setelah masuknya agama Islam ke dalam masyarakat suku Bonai, maka sebagian dari mereka pecah masuk menjadi beberapa suku yang diakui oleh kerapatan adat Luhak kepenuhan, yaitu
·Suku Molayu Panjang,
·Suku Molayu Bosa,
·Suku Kandangkopuh,
·Suku Bono Ampu,
·Suku Kuti,
·Suku Moniliang
Adat Perkawinan umumnya seperti yang dilakukan oleh adat-istiadat Luhak Kepenuhan, sedikit-sedikit membawa cara Bodeo, hanya sebagai tambahan dan pelengkap perayaan perkawinan.

acara tari Kwayang suku Bonai
Masyarakat suku Bonai berbicara dalam bahasa Bonai, yang menurut para ahli bahasa dikelompokkan ke dalam Rumpun Bahasa Melayu. Bahasa Bonai sekilas mirip dengan bahasa Melayu, tetapi beberapa perbendaharaan kata juga mirip dengan bahasa Batak Mandailing dan bahasa Minangkabau.

Saat ini kehidupan masyarakat suku Bonai sebenarnya telah banyak mengalami kemajuan dalam berbagai sektor, seperti pendidikan dan kesehatan, tetapi di beberapa desa masih dalam kondisi kurang layak. Kehidupan sehari-hari masyarakat suku Bonai, sebagian mencoba berprofesi sebagai petani di ladang, dan bercocok-tanam sayur-sayuran serta buah-buahan. Beberapa hewan ternak juga menjadi pilihan mereka untuk menambah penghasilan mereka.

sumber:
·onlineallarticles.blogspot.com
·rokan.org
·wikipedia

http://protomalayans.blogspot.com/2012/08/suku-bonai.html
http://rokan.org/?Rokan:Sakai_-_Bonai

Selasa, 26 Maret 2013

PUISI HUBUNGAN MANUSIA DAN CINTA KASIH


Aku Merindukanmu

Putaran waktu berjalan
Setiap detik berlalu dengan cepat
Melihat wajahmu seorang
Hanya tatapan kosong yang ada didalam bayanganku

Tak kusangka hanyalah ilusi yang ada
Dan tak kusangka hanyalah ingatan yang ada
Hanya itu yang aku alami setiap waktu
Lama tak bertemu denganmu

Disaatku terjatuh, kau tidak merasakan
Disaatku merindukanmu , kau tak sadar
Hanya waktu yang melihat itu semua
Dan tak seorang pun yang mengetahuinya

Angin bertiup kencang
Membawa kerinduan yang ada dalam bayanganku
Tak ada lagi ingatan semua tentangmu
Waktu yang membuat itu semua hilang