Selasa, 20 November 2012

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


BAB I

PENDAHULUAN



1.1   Latar Belakang

Manusia sebagai Makhluk Sosial, bermula dari kemampuan yang terbatas timbullah sifat membutuhkan bantuan orang lain kemudian dengan sendirinya hidup ini harus bergaul dengan masyarakat agar kesatuan sebagai individu ataupun sebagai warga Negara bisa saling meringankan beban satu sama lainnya. Agar dinamika kehidupan ini tidak terlalu berat untuk dijalani. Disitulah pentingnya manusia lain dalam kehidupan kita.

Dari segi inilah dapat dikatakan manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu pasti membutuhkan individu yang lain dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai upaya adaptasi dan pemanfaatan lingkungan. Macam-macam kebutuhan hidup antara lain: kebutuhan biologis, kebutuhan sosial manusia, dan kebutuhan psikologis. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya maka terciptalah kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia ini, karena manusia tak mungkin hidup sendiri. Kelompok sosial akan mengalami perkembangan dan perubahan.


1.2   Rumusan Masalah

        Apa yang dimaksud dengan makhluk sosial?
        Tujuan manusia bersosialisasi dengan  manusia lain?
        Apa saja faktor yang mempengaruhi manusia bersosialisasi ?
        Pengertian dan jenis masyarakat ?
        Mengetahui karakter manusia berdasarkan makhluk sosial ?
        Mengetahui akal manusia berdasarkan makhluk sosial ?
        Mengetahui fisik manusia berdasarkan makhluk sosial ?

1.3   Tujuan

        Menjelaskan arti makhluk sosial
        Menjelaskan tentang tujuan manusia bersosialisasi dengan manusia lain
        Menjelaskan faktor yang berpengaruh dalam sosialisasi manusia


                                                                       BAB II

                                                               PEMBAHASAN




2.1 Pengertian Makhluk Sosial

Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai makhluk sosial (ditengah keluarganya). Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta.
Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.


2.2   Tujuan Manusia Bersosialisasi dengan Manusia lain

Tujuan sosialisasi secara esensial (secara pokok) adalah untuk dapat mengantarkan manusia pada kebutuhan dan tuntutan untuk dapat terus bertahan hidup di bidang fisik maupun sosial budaya (Stephan & Stephan, 1990).

Dalam konteks fisik, proses sosialisasi harus dapat membekali manusia dengan kemampuan-kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis dasar yang diperlukan untuk terus hidup dalam lingkungan fisik mereka.

Dalam konteks sosial budaya, proses sosialisasi harus dapat membantu manusia dengan pemahaman tentang sistem norma dan peran yang dikembangkan dalam masyarakat.

Adapun tujuan pokok dari pada sosialisasi adalah :

    1. Memberi ketrampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat.
    2. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
    3. Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri
    4. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

2.3   Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi

Sosialisasi bekaitan erat dengan kepribadian. Hal ini karena kepribadian terbentuk sebagai hasil sosialisasi individu terhadap apa yang ada disekelilingnya seperti nilai, norma, kebiasaan, adat-istiadat kebudayaan.

Ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian (sosialisasi) yaitu :

1. Sifat dasar, yaitu suatu sifat dari keseluruan potensi yang diwariskan dari ayah dan ibunya.
2. Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dimana dia sebelum lahir (ketika dia masih didalam rahim sang ibu. Pada saat ini dia dapat pengaruh dari ibunya seperti jenis penyakit, gangguan enduktrin yang bisa mengakibatkan gangguan mental, srtuktur tubuh seperti cacat, kidal, dan sebagainya.
3. Perbedaan perorangan (individu), yaitu bayi yang tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik dan berbeda dengan individu-individu yang lain.
4. Lingkungan, yaitu kondisi disekitar individu yang mempengaruhi rasa sosialisasinya yang meliputi: lingkungan alam, lingkungan kebudayaan, lingkungan manusia lain dan masyarakat disekitarnya.
5. Motivasi, yaitu kekuatan dari dalam individu yang menggerakkannya untuk berbuat sesuatu.

2.4 Pengertian dan Jenis Masyarakat

 Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.

A.      Masyarakat Setempat (community)

 Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.

B.      Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota

Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.

C.       Masyarakat Multikultural

 Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.



2.5 Mengetahui karakter manusia berdasarkan makhluk sosial

 Selain sebagai makhluk individu, manusia juga ditakdirkan hidup berdampingan dengan alam semesta khususnya manusia, inilah yang kemudian manusia disebut sebagai makhluk sosial, yang selalu menuntut untuk saling secara timbal balik mengatur dan menjaga sosialitasnya dengan sikap yang indah dalam prilaku teladan yang baik. Dan sebenarnya agamapun juga sudah mengajarkan bagaimana menjaga hubungan baik tersebut.

Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku teladan sendiri begitu banyak. Lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :

1. Pengalaman Pribadi Segala hal yang pernah dialami dan sedang dialami akan membekas dalam diri seseorang, apalagi melibatkan faktor emosional yang mendalam. Pengalaman itu akan sangat kuat membekas dan memberi kesan dalam diri seseorang. Pengalaman seperti itu akan berperan besar menjadi dasar pembentukan sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Orang Yang Dianggap Penting Komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap dan perilakuseseorang adalah orang yang dianggap penting yang berada di sekitar kita.Orang yang dianggap penting ini adalah orang yang diharapkanpersetujuannya bagi tingkah laku dan pendapat kita yang tidak ingin kitakecewakan, atau orang yang dihormati, berwibawa atau ditakuti. Atauyang memiliki arti khusus bagi seseorang. Orang-orang seperti itu akanbanyak mempengaruhi sikap dan perilaku.



2.6 Mengetahui akal manusia berdasarkan makhluk sosial

Akal adalah tenaga pengatur yang sadar sedangkan kemauan adalah intinya Anggapan orang tentang akal bermacam-macam tentunya. Ada orang yang ingin menggunakan akalnya untuk mengumpulkan harta dan kekayaan. Ada yang ingin menjadikannya sebagai gudang ilmu. Ada pula orang yang membiarkan saja akalnya sehingga gersang tak terpelihara, karena menurutnya menggunakan akal berarti memeras otak. Ini adalah penting, dan tentunya anda ingin mengetahui bagimana sebaiknya menggunakan akal. Hal demikian bukanlah yang paling penting dan yang lebih penting adalah mengetahui dulu apakah Akal itu memang bisa dipergunakan. Ibarat pisau yang tumpul adalah alat yang buruk yang tidak dapat dipergunakan serta tidak bermanfaat.



2.7 Mengetahui fisik manusia berdasarkan makhluk sosial

Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya
secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Perkembangan pengetahuan pada
manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak,
berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan
terbawa sampai dewasa.Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat
cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa
ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan
dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan
diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya,
setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan
diri sebagai individu yang bertanggung jawab.




                                                                      BAB III

                                                                    PENUTUP



3.1  Kesimpulan

 Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial. Tujuan sosialisasi secara esensial (secara pokok) adalah untuk dapat mengantarkan manusia pada kebutuhan dan tuntutan untuk dapat terus bertahan hidup di bidang fisik maupun sosial budaya





                                                               Daftar Pustaka


http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
http://boycharotz1st.blogspot.com/2011/10/karakter-manusia-sebagai-mahluk-sosial.html
http://www.bisbening.info/2011/09/akal-manusia.html
http://www.al-alauddin.com/2012/03/perkembangan-fisiksifatdan-pemikiran.html